Saya mengambil sekaleng soda pop dari lemari pendingin, kemudian
langsung membukanya. Ternyata isinya malah membeku! Bagaimana bisa
begitu? Soda itu tidak beku sewaktu masih di dalam lemari pendingin,
tetapi justru tiba-tiba membeku saat sudah dikeluarkan. Setiap zat cair
akan membeku pada temperatur tertentu, yang disebut titik beku. Untuk
air murni temperatur ini adalah 0oC. Kalau airnya sudah dicampur dengan
bahan lain, misalnya gula, penyedap rasa, dan gas karbon dioksida
seperti pada soda pop, maka larutannya tidak membeku walaupun sudah
didinginkan sampai di bawah 0oC.
Adanya kandungan zat terlarut menyebabkan turunnya titik beku larutan.
Inilah sebabnya soda pop yang kita simpan di lemari pendingin tetap
berada dalam keadaan cair. Tetapi ketika kita mengambilnya dan langsung
membuka kalengnya, gas karbon dioksida yang terlarut langsung
berlomba-lomba untuk keluar dari larutan menuju udara bebas. Kejadiannya
mirip saat kita sedang berada dalam sebuah ruangan yang penuh sesak,
kemudian pintu ruangan itu tiba-tiba dibuka. Semua yang di dalamnya
langsung berlomba-lomba untuk keluar dan membebaskan diri dari kesesakan
itu. Gas karbon dioksida ini juga begitu! Dan karena gas karbon
dioksida itu hilang dari larutan, kandungan zat terlarutnya jadi
berkurang sehingga titik bekunya naik melebihi temperatur larutan yang
baru dikeluarkan dari lemari pendingin itu. Akibatnya, soda pop membeku!
Di Sekolah Dasar saya mulai beralih dari buku-buku dongeng ke buku-buku
kisah petualangan anak-anak yang sangat populer saat itu, mulai dari
Lima Sekawan, Sapta Siaga, Trio Detektif, Petualangan Tin Tin,
Petualangan Winnetou dari suku Apache dan bermacam buku tentang detektif
cilik yang menyuguhkan cerita-cerita seru.
Setiap kali saya membaca buku-buku itu saya ikut-ikutan merasakan
ketegangan tokoh-tokohnya yang mengalami berbagai kejadian seru. Belum
lagi cerita-cerita tentang perjalanan mereka ke berbagai tempat, yang
biasanya digambarkan dengan sangat jelas dan menarik. Pikiran saya
langsung tenggelam dalam cerita itu sehingga saya bisa lupa dengan
keadaan sekeliling. Kalau saya sudah mulai membaca, saya biasanya tidak
mau meletakkan bukunya sampai saya selesai membacanya.
Ternyata lama kelamaan kecepatan membaca saya semakin meningkat. Tanpa
disadari, saya bisa menghabiskan satu buku dengan ratusan halaman hanya
dalam waktu satu sampai dua jam! Ternyata ketertarikan saya untuk
mengetahui ceritanya telah mendorong saya untuk terus membacanya dengan
semangat.
Ada satu hal lagi yang saya dapatkan dari kebiasaan saya membaca:
tingkat imajinasi saya semakin tinggi! Saya bisa membayangkan semua
kejadian yang tertulis dalam buku-buku tersebut sehingga saya merasa
ikut serta dalam petualangan yang seru! Saya merasa seakan-akan kejadian
dalam buku-buku itu merupakan pengalaman saya sendiri. Saya bisa
membayangkan semuanya dengan jelas walaupun tidak ada gambar atau
ilustrasinya sama sekali! Saya seperti sedang ‘menonton’ film
petualangan anak-anak setiap kali saya sedang membaca buku-buku detektif
itu. Begitu asyiknya!
Kegemaran membaca ini terus saja saya bawa ke mana-mana. Bahkan di
sekolah, saya pun jadi gemar membaca buku-buku pelajaran. Saya senang
sekali membaca buku pelajaran sejarah karena ada banyak cerita-cerita
seru yang bisa saya bayangkan dalam pikiran saya. Cerita-cerita tentang
kerajaan Majapahit dan Singosari, juga sejarah Roma dan Yunani sangat
saya sukai.
Ternyata kegemaran membaca buku-buku cerita anak-anak dan buku-buku
dongeng telah membantu saya dalam mengingat pelajaran di sekolah! Untung
saja saya sudah terbiasa membaca dan membayangkan sendiri semua cerita
dalam buku-buku itu sehingga saat saya membaca buku pelajaran pun saya
tidak lagi kesulitan.
Sewaktu saya masuk Sekolah Menengah Pertama, saya mendapatkan mata
pelajaran baru yang langsung menarik minat saya. Fisika! Saya tidak
mendapatkan pelajaran Fisika sewaktu masih SD, hanya IPA. Segala hal
yang baru pasti langsung menarik perhatian saya. Saat masih libur
sekolah pun saya sudah begitu tertarik melihat buku ‘baru’ ini sehingga
masa liburan sebelum mulai masuk SMP itu saya habiskan untuk membaca
buku Fisika SMP.
Ternyata Fisika menyimpan banyak hal menarik dan seru tentang alam.
Walaupun pelajaran di sekolah sedikit membosankan namun saya tetap
merasa asyik dengan membaca buku Fisika itu karena buku itu menjelaskan
banyak hal yang tidak saya ketahui sebelumnya. Ternyata Fisika punya
banyak cerita! Saya tenggelam lagi dalam dunia ‘dongeng’ ilmiah ini.
Fisika yang banyak mengungkap misteri alam telah berhasil membuat saya
keasyikan.
Saat masuk Sekolah Menengah Atas, saya mendapatkan guru fisika yang
menarik. Bapak Handoyo berusaha agar tiap siswa mengerti fisika melalui
hal-hal yang lucu. Untuk menjelaskan percepatan, Pak Handoyo meminta
salah satu murid maju ke depan lalu diminta berjalan. Setelah itu Pak
Handoyo mendorong siswa hingga hampir terpelanting dan berkata “inilah
contoh gerak di percepat”.
Dengan cara penyampaian yang menarik ini saya semakin menyukai fisika.
Untuk menambah pengetahuan fisika, saya pergi ke tukang-tukang loak di
Pasar senen. Saya mencari buku-buku fisika karya ilmuwan Belanda yang
sudah diterjemahkan seperti Bowman dan Pekelharing, saya juga mencari
buku-buku matematika kuno karangan C.J. Alders.
Dari buku-buku ini dan dari kebiasaan mengerjakan banyak soal-soal
fisika dari berbagai kumpulan soal fisika, saya semakin mendalami dan
menguasai fisika serta semakin menyenanginya. Fisika itu seperti tarian,
latihan awal agak sulit, tetapi lama kelamaan tambah asyik, tambah
mudah, tambah indah dan tambah menyenangkan. Teman-teman menyangka saya
sangat berbakat dan jenius dalam bidang fisika padahal menurut saya itu
semua karena saya mendapat kesempatan untuk membaca banyak buku dan
mengerjakan banyak soal fisika.
Kecintaan terhadap fisika ditambah kemudahan memasuki perguruan tinggi
melalui program khusus menghantar saya memilih jurusan Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Ternyata
kebiasaan mengerjakan soal-soal fisika di SMA sangat menolong saya
belajar di perguruan tinggi. Selama masa mahasiswa ini, saya semakin
sering cari buku loakan atau pergi ke perpustakaan Idayu dekat Pasar
Senen.
Saya juga menjadi seksi literatur di kegiatan mahasiswa. Di perpustakaan
Idayu saya banyak membaca berbagai buku fisika dari buku mekanika,
relativitas, termodinamika hingga fisika modern. Biasanya kalau dapat
pelajaran baru dari seorang dosen, saya berusaha cari bukan hanya buku
pegangan dosen tapi buku-buku pendamping lainnya. Saya sering
mendapatkan buku-buku pendamping yang baik di perpustakaan. Kadang
buku-buku pendamping itu buku kuno yang terbit tahun 1900-an. Misalnya
buku A Treatise on The Analytical Dynamics of Particles and Rigid
Bodiesyang diterbitkan tahun 1904 banyak membantu saya mengerjakan
soal-soal fisika matematika yang sulit dari buku karangan Arfken ataupun
membantu saya dalam belajar mekanika klasik.
Buku ini demikian bagus sehingga sudah cetak ulang dan kini saya
mempunyai edisi yang terbit tahun 1999. Ketika belajar biasanya saya
membandingkan satu buku dengan buku lain. Dengan membandingkan isi buku
kadang lebih mudah menangkap makna dari topik yang dibicarakan oleh
Dosen. Banyak soal sulit yang tidak di bahas dalam satu buku, ternyata
dibahas detil dalam buku lain. Ini sangat membantu saya untuk mengenali
dan menyelesaikan berbagai jenis soal. Walaupun buku fisika tidak
menyajikan ‘cerita’ seru untuk dibaca dan dibayangkan, ternyata
buku-buku fisika itu sanggup menarik perhatian saya.
Dari buku-buku fisika inilah saya menemukan bahwa begitu banyak fenomena
alam yang dapat dijelaskan dengan fisika. Dengan fisika ini juga saya
belajar bagaimana melakukan manipulasi matematika, sehingga secara
otomatis kemampuan matematika saya bertambah. Memanipulasi matematika
dalam fisika menimbulkan keasyikan sendiri.
Saya sangat tertarik mempelajarinya. Saya senang mengerjakan soal-soal
fisika, mulai dari yang paling sederhana sampai yang cukup rumit. Saya
tidak mau berhenti kalau masih ada soal yang belum berhasil saya
selesaikan. Biasanya kalau saya mulai ‘mandeg’ dalam suatu soal, saya
akan membaca kembali penjelasan mengenai soal tersebut berulang kali
sampai saya menemukan dan memahami konsepnya sehingga saya bisa
menyelesaikannya dengan mudah.
Saya memang tidak terbiasa langsung bertanya jika menemukan kesulitan.
Justru saya lebih senang menelusurinya sendiri dengan cara membaca
buku-buku yang mungkin bisa memberikan jawaban. Kalau saya tetap tidak
menemukannya, saya akan cari buku-buku lain dan biasanya saya bisa
menemukan jawabannya.
Tanpa disadari, kegemaran saya membaca sudah menambah lagi satu
kelebihan bagi diri saya. Karena saya lebih memilih membaca sendiri
untuk mencari jawaban saya bisa berpikir lebih kreatif dan aktif dalam
mencari penyelesaian suatu persoalan. Kalau saja saya tidak terbiasa
untuk membaca sendiri, saya akan langsung mencari bantuan dari orang
lain dan tidak melatih kreatifitas saya.
Selama masa-masa SMA dan mahasiswa, disamping buku fisika saya kecanduan
buku-buku silat. Buku-buku karangan Kho Ping Hoo mulai dari pendekar
tanpa tanding Bu Kek Sian Su [saya masih ingat sampai sekarang namanya],
Istana Pulau Es, Pendekar Suling Mas hingga Jodoh Rajawali saya santap
habis. Juga buku-buku silat karangan Gan KL, Boe Beng Tjoe habis saya
baca. Rasanya hampir semua buku silat yang terbit saat itu sempat saya
baca. Kadang tidak sabar menunggu buku silat terbitan baru, saya sering
ke pasar Jatinegara untuk menanyakan langsung ke tukang sewa buku silat.
Saking kecanduan buku silat, saya masih ingat ketika masa-masa ujian
sekolah, sepulang ujian saya ngebut belajar bahan ujian untuk hari
berikutnya, setelah itu saya naik ke atap rumah [karena takut di marahi
orang tua] untuk membaca buku silat Memanah Burung Rajawali [Sia Tiaw
Eng Hiong] karangan Boe Beng Tjoe yang begitu terkenal dengan tokohnya
yang bernama Kwee Tjeng dan Oey Yong. Saya membaca disana berjam-jam
menikmati buku-buku itu walaupun font hurufnya kecil-kecil sekali. Buku
ini sekarang dicetak ulang dan tetap jadi buku yang menarik untuk
dibaca.
Pernah juga karena sedang kegandrungan dengan buku Pendekar Rajawali
Sakti [Sin Tiaw Hiap Lu] Yo Ko, malam-malam walaupun dengan lilin saya
curi-curi baca buku ini hingga hampir pagi. Memang buku-buku silat ini
sangat menyita waktu, namun saya merasakan ada manfaatnya. Dari
buku-buku ini saya banyak belajar tentang kejujuran, menjaga kehormatan,
menghormati orang yang lebih tua dan jiwa kepahlawanan.
Ketika masih mahasiswa tingkat III saya ditawari untuk menulis buku
Fisika yang berisikan soal jawab fisika. Kebiasaan mengerjakan begitu
banyak soal fisika, sangat membantu saya dalam proses penulisan buku
ini. Saya menyelesaikan 4 buku fisika dalam waktu 1,5 tahun. Buku FISIKA
yang terbit tahun 1986 ini kemudian meledak dipasaran dan sangat
disukai oleh para siswa SMA dan guru. Hampir semua sekolah di Indonesia
antara tahun 1987 sampai 1994 menggunakan buku ini. Royalti penulisan
buku ini [walaupun tidak besar] cukup untuk biaya menikah dan ongkos ke
Amerika Serikat untuk mengambil beasiswa S2/S3 yang ditawarkan College
of William di Virginia.
College of William and Mary merupakan universitas tertua kedua di
Amerika Serikat setelah Harvard University. Nama “college” biasanya
merujuk pada perguruan tinggi yang hanya program S1 saja, tetapi karena
ingin mempertahankan sejarah maka William and Mary tetap memakai kata
“college” bukan “university”, walaupun ia punya program S2/S3. College
of William and Mary terletak di kota kecil Williamsburg Virginia.
Kotanya indah dan sangat bersejarah. Dikota ini terdapat Colonial
Williamsburg tempat bersejarah awalnya berdiri negara Amerika Serikat.
Juga terdapat beberapa tempat rekreasi seperti Busch Garden
entertaintment park. College of William and Mary mempunyai perpustakaan
umum yang menurut saya berukuran sangat besar [4 lantai]. Jurusan
fisikanya tidak terlalu besar, tiap tahun hanya menerima sekitar 10-12
mahasiswa S2/S3.
Di jurusan fisika ini terdapat perpustakaan fisika yang terbuka 24 jam
untuk seluruh mahasiswa. Tiap mahasiswa diberi kunci khusus untuk masuk
ke perpustakaan ini setelah jam kantor. Saya sangat menikmati
perpustakaan ini, hampir setiap hari saya berada di perpustakaan dari
pagi hingga sore [kecuali ketika ada kuliah]. Kadang kala saya tinggal
di perpustakaan hingga larut malam atau dini hari untuk mencari
bahan-bahan yang dapat membantu saya untuk mengerjakan PR yang begitu
banyak dan rumit. Hampir semua buku fisika yang saya butuhkan ada di
perpustakaan ini. Jika buku yang saya perlukan tidak saya temukan, saya
tinggal memesan ke petugas perpustakaan dan dalam waktu tidak terlalu
lama, buku yang dipesan tiba.
Di dekat kampus ada perpustakaan umum [public library] yang cukup besar.
Tiap hari sabtu perpustakaan ini sangat ramai dengan anak-anak.
Berbagai buku untuk anak-anak ada disana. Buku-buku umum untuk remaja,
anak muda, ibu-ibu bahkan untuk orangtua [yang font-nya besar-besar]
juga ada.
Hampir tiap sabtu saya dan istri saya tidak pernah absen datang ke
perpustakaan ini. Terlebih ketika anak pertama saya lahir, saya semakin
sering mengajak istri saya untuk mencari buku tentang anak,
tentang bagaimana membesarkan anak,
tentang bagaimana mengembangkan intelegensi anak,
pokoknya segala sesuatu tentang anak. Maklum disana kami hanya berduaan
saja, tidak ada yang dapat membantu kami merawat anak. Untuk menelfon
ke Indonesia mahal sehingga bukulah yang menjadi andalan kami kalau kami
mengalami kesulitan dalam merawat anak.
Melalui buku-buku ini saya belajar bagaimana mengajar anak membaca
diusia dini. Saya terapkan metode cara membaca yang dikembangkan oleh
Glenn Doman ini, dan ternyata memang berhasil. Anak saya mampu membaca
pada usia 2,5 tahun. Bahkan anak kedua lebih awal lagi. Saya juga sering
membacakan buku dan bercerita untuk anak-anak. Ternyata kebiasaan ini
membuat anak-anak saya juga senang membaca. Anak terbesar hingga kini
punya koleksi buku banyak sekali. Anak ini senang membaca berbagai buku
klasik seperti Alice in the wonderland, Robin Hood, Gulliver travel,
buku-buku detektif Sherlock Holmes, buku-buku karya Agatha Christie
serta buku seri Harry Potter. Buku-buku yang saya baca mengenai anak,
membuat saya mampu memahami anak dan kini saya sangat dekat dengan 3
anak saya [anak saya lahir masing-masing tahun 1990, 1999, 2003].
Buku-buku lain yang saya sering baca adalah buku-buku kemanusian,
filsafat dan agama. Buku-buku ini membantu saya dalam berdiskusi di
suatu mailing list sekitar tahun 1992 [menjelang akhir masa studi saya
di William and Mary]. Walaupun diskusi melalui mailing list ini sangat
menghabiskan waktu, tetapi ternyata ini bermanfaat.
Diskusi meningkatkan kemampuan menulis saya dan mendorong saya untuk
membaca buku lebih banyak lagi. Buku-buku yang saya pakai dalam diskusi
ternyata banyak menolong saya di kemudian hari. Buku bernuansa agama
seperti Kitab Suci dan buku-buku karya Billy Graham, Robert Schuler,
Stephen Tong sangat menolong saya ketika saya mengalami kekuatiran,
depresi, kekecewaan, keletihan, kegagalan dan keputusasaan. Saya juga
suka membaca buku-buku karya Kahlil Gibran dan penulis-penulis lain yang
menyejukkan hati, serta buku-buku karya Dale Carnegie yang memotivasi
dan mengajak berpikir secara positif.
Tahun 1993 College of William and Mary diminta untuk jadi tuan rumah
Olimpiade Fisika Internasional [OFI] ke 24. Olimpiade ini ditujukan
untuk anak-anak setingkat SMA, pesertanya sudah mencapai 67 negara.
Melalui olimpiade ini hendak dilihat siswa mana yang kemampuan fisikanya
terbaik. Dalam olimpiade fisika ini ada dua pertandingan yaitu fisika
teori dan fisika eksperimen. Hasil kedua pertandingan ini digabung, yang
nilainya mencapai 90 % dari rata-rata 3 nilai tertinggi mendapat medali
emas, 78 % perak dan 65 % perunggu.
Saya dan Agus Ananda mahasiswa fisika juga dari College of William and
Mary tergerak untuk mengikutsertakan siswa-siswa Indonesia dalam OFI
ini. Sebelum diterjunkan dalam OFI, siswa-siswa Indonesia ini kami latih
dulu selama 2 bulan. Kami sempat “shock” melihat sulitnya soal-soal
yang akan dipertandingkan dalam OFI. Ternyata level fisikanya setara
dengan level S2 fisika. Mana mungkin siswa kita mampu mengerjakan
soal-soal ini! Nah disinilah kebiasaan mengerjakan soal fisika yang
sudah saya jalani bertahun-tahun membantu saya.
Dengan pengalaman ini saya mulai melatih para siswa pelan-pelan
mengerjakan soal-soal yang jauh dari level mereka saat itu. Dengan
ketekunan siswa-siswa dan kerajinan mereka membaca buku-buku yang kami
berikan, akhirnya kita berhasil meraih medali perunggu dan menempatkan
Indonesia pada rangking 16 dunia dari 41 negara. Suatu prestasi yang
luar biasa sekali! Ini akibat membaca buku dan berlatih soal-soal
fisika!
Mei 1994, selesai mendapat Ph.D dalam bidang fisika nuklir, saya sempat
bekerja di Pusat Fisika Nuklir Amerika Serikat selama 6 bulan. Namun
Desember 1994 saya memutuskan kembali ke Indonesia untuk meneruskan
melatih Tim Olimpiade Fisika Indonesia. Pengalaman mengerjakan soal-soal
fisika dan mengoleksi problem-problem fisika sangat menolong saya dalam
melatih tim fisika Indonesia ini.
Melalui berbagai proses pasang surut hasil, saya mempelajari bagaimana
pola pelatihan yang tepat agar siswa-siswa kita mampu meraih medali emas
dalam olimpiade yang sangat bergengsi ini. Bertahun-tahun melalui
proses trial and error saya mencari pola yang sesuai ini. Selama
masa-masa ini saya banyak jatuh bangun terutama ketika menyangkut dana
pembinaan yang sangat minim dan kekurangan sponsor.
Namun kata-kata bijak dari berbagai buku yang saya baca sering menguatkan saya diantaranya
Kata-kata bijak ini mendorong saya untuk terus maju dan tidak menyerah. Akhirnya usaha keras ini tidak sia-sia.
Pada tahun 1999 di Italia untuk pertamakalinya Indonesia meraih medali
emas pertama! Keharuan dan tangis kebahagiaan mengiringi Made Agus
Wirawan, siswa dari desa miskin Bangli di Bali, naik ke atas panggung
untuk menerima penghargaan medali emas yang merupakan lambang prestasi
tertinggi kompetisi fisika dunia. Ternyata siswa Indonesia tidak kalah
dengan siswa-siswa negara lain! Bukan itu saja, dalam proses pencarian
pola ini saya menemukan cara atau tehnik mengajar fisika yang mudah
asyik dan menyenangkan. Sekarang setiap tahun emas sudah menjadi tradisi
Tim Olimpiade Fisika Indonesia. Tahun 2003 Indonesia menjadi juara Asia
dengan mengantongi 6 medali emas! Tahun 2006 Indonesia juara dunia
[peringkat 1 dari 85 negara]!!!
Olimpiade fisika saya anggap sebagai sebuah peperangan. Dimulai dari
mencari siswa, melatihnya lalu menerjunkannya dalam pertandingan, ini
mirip dengan pelatihan tentara yang akan diterjunkan ke medan perang.
Setelah siswa bertanding, para pelatih diberi hasil pekerjaan siswa.
Pelatih kemudian menilainya dan membandingkan hasil penilaian ini dengan
hasil penilaian juri.
Jika ada perbedaan maka pelatih berhak untuk mengajukan moderasi pada
juri. Biasanya karena juri sangat sibuk dengan begitu banyaknya kertas
yang harus diberi nilai, mereka tidak hati-hati. Disinilah peran para
pelatih untuk memprotes hasil penilaian juri. Dalam mengajukan moderasi
kita harus hati-hati, bisa saja juri yang sudah demikian lelah malah
marah-marah ketika kita memprotes dengan keras. Dibutuhkan suatu
strategi jitu untuk hal ini.
Karena itu saya merasa perlu membaca berbagai buku klasik karya Sun Tzu.
Juga saya membaca buku klasik Sam Kok [kisah tiga kerajaan]. Dari
buku-buku ini saya banyak belajar tentang berbagai strategi perang.
Sebagai
contoh dalam buku Sam Kok diceritakan bahwa setiap kali Kong Beng
[penasehat ulung Liu Pei] berperang dan mengepung musuh, ia selalu
memberikan celah bagi musuh itu untuk berlari. Tidak pernah Kong Beng
menutup semua jalan.
Filosofi Kong Beng adalah jika musuh dalam keadaan terdesak maka musuh
dapat berbuat apa saja untuk mempertahankan diri termasuk melawan dengan
sekuat tenaga. Ini saya terapkan dalam moderasi untuk mempertahankan
nilai siswa kita dihadapan juri. Dengan cara halus dan tidak
menyudutkan, juri dapat kita yakinkan, sehingga seringkali nilai siswa
kita dapat dinaikkan kembali. Disamping buku-buku strategi perang, untuk
melengkapi pengetahuan saya tentang strategi negosiasi dan memimpin
olimpiade fisika, saya banyak membaca buku-buku tulisan dan kisah hidup
orang terkenal dalam dunia bisnis seperti Jack Welch, Peter Drucker,
Henry Ford, Bill Gates, Warren Buffet dsb.
Untuk mempertahankan prestasi kita dalam olimpiade fisika dibutuhkan
pemasyarakatan fisika diseluruh lapisan. Kita harapkan dengan semakin
banyaknya siswa belajar fisika, semakin mudah kita menjaring siswa
berbakat untuk olimpiade fisika. Nah untuk memasyarakatkan fisika ini,
saya menulis di berbagai media massa.
Tulisan kartun saya di Harian Kompas terinspirasi dari buku-buku
eksperimen fisika sederhana karangan Janice Van Cleave, Hans Jurgen
Press, Brown, Walker, Gardner, Cobb ataupun dari situs-situs fisika
seperti : howstuffworks.com, howthingswork.virginia.com,
exploratorium.edu, physicsweb.org, physics.iop.org dan situs-situs
fisika lain yang mudah ditemukan melalui search engine seperti
google.com, yahoo.com dsb. Tulisan lain tentang peraih Nobel Fisika, dan
tulisan populer lainnya seperti fisika sepakbola, fisika tennis, fisika
berenang, nanoteknologi dan fisika binatang yang diterbitkan dibeberapa
media massa juga terinspirasi dari buku dan web-web ini.
Buku-buku diatas juga menginspirasi saya untuk menulis buku “IPA dibuat
Asyik” untuk SD kelas I sampai kelas VI. Menurut mereka yang telah
membaca buku ini, buku ini sangat menarik dan sangat disukai oleh
anak-anak. Mungkin ini disebabkan karena seringnya saya membaca buku
anak-anak sehingga saya cukup tahu apa yang diingini dan apa yang
dipikirkan anak-anak. Dalam buku ini terdapat lebih dari 400 eksperimen
sederhana yang dapat dilakukan dengan alat alat yang ditemui disekitar
kita. Ratusan rahasia alam yang ada dalam buku IPA ini seperti mengapa
orang tidur, apakah ikan tidur, mengapa serigala melolong diwaktu malam,
mengapa orang kecekutan, binatang apa yang larinya sangat cepat, dan
lainnya saya peroleh datanya dari berbagai buku seperti Guinness book of
World Record ataupun dari berbagai ensiklopedi sains seperti
ensiklopedi Ilmu Pengetahuan, Jendela Iptek, Grolier dan Encyclopedia
Sport Science.
Buku matematika
untuk anak, berbagai buku “puzzle”, berbagai buku test psikologi, dan
puluhan buku test IQ dari Mensa, buku Thinker Toys’s, Cracking
Creativity, Everyday math, Vedic Mathematics, Quicker Math banyak
menginspirasi saya untuk menulis buku “Matematika dibuat Asyik”. Melalui
buku ini anak SD kelas I sampai kelas VI dapat
belajar matematika dengan asyik, mudah dan menyenangkan.
Pengalaman mencari solusi termudah dari berbagai problem fisika,
menginspirasikan saya untuk mengembangkan dan menulis buku “Fisika
GASING [GAmpang aSyIk menyenaNGkan]” untuk SMP. Dalam buku ini para
siswa tidak perlu lagi menghafal rumus yang rumit-rumit. Cukup dengan
mengerti konsepnya, kita dapat mengerjakan soal-soal yang diberikan.
Misalnya massa jenis air 1 gram/cm3 mempunyai arti bahwa massa 1 cm3
adalah 1 gram.
Jika ditanyakan berapa massa 10 cm3 maka dengan mudah kita mengatakan
bahwa massanya 10 gram. Tidak perlu menghafal rumus! Demikian juga
ketika kita bicara kecepatan benda 10 meter per detik. Ini mempunyai
arti bahwa dalam 1 detik benda menempuh jarak 10 meter. Jika ditanyakan
berapa jarak yang ditempuh benda dalam waktu 5 detik maka kita dapat
mudah menghitungnya dengan menambahkan 10 meter sebanyak 5 kali yaitu 10
+ 10 + 10 + 10 + 10 atau 10 x 5 = 50 meter.
Kita bisa mengerjakan tanpa rumus! Tanpa rumus yang rumit, fisika untuk
SMP menjadi lebih “fun”, sehingga siswa SMP tidak takut lagi terhadap
fisika atau menganggap fisika sebagai momok yang menakutkan. Buku Fisika
GASING untuk SMA sedang dikembangkan. Saat ini seminar yang dihadiri
ribuan siswa diberbagai kota besar sedang dilakukan. Responnya luar
biasa. Semua siswa jadi suka fisika. Buku-buku lain yang saya tulis
seperti buku-buku untuk pelatihan olimpiade fisika, buku fisika untuk
semua, komik Archie Meidy banyak sekali diinspirasikan dari berbagai
buku yang saya baca.
Saya juga keranjingan membaca berbagai buku fisika popular. Banyak buku
yang bagus yang menarik untuk dibaca antara lain: The elegant universe
karya Brian Greene, Hyperspace karya Michio Kaku, Alice in Quantumland
oleh Robert Gilmore, The First Three Minutes oleh Steven Weinberg, The
Quark and The Jaguar oleh Murray Gellmann, A brief history of time oleh
Stephen Hawkings, The Einstein Paradox oleh Bruce dan masih banyak lagi.
Buku-buku ini sangat memperkaya pengetahuan fisika saya.
Untuk menopang riset saya dalam bidang ekonofisika [aplikasi fisika
untuk ekonomi] disamping membaca berbagai buku tentang ekonofisika
seperti Introduction of Econophysics oleh E. Stanley dan Mantegna,
Pattern of speculation Roehner, The Statistical Mechanics of Financial
Markets oleh J. Voit, saya banyak membaca buku popular tentang
kompleksitas misalnya: Chaos oleh James Gleick, The Collapse of Chaos
oleh Cohen dan Stewart, Complexification oleh Casti dan Chaos,
Complexity and Sociology oleh Raymod Eve et.al. Buku-buku terakhir ini
memberikan banyak ide dalam penulisan buku kompleksitas dan ilmu sosial
yang saya harapkan dapat diluncurkan dalam beberapa bulan mendatang.
Buku-buku yang saya baca itu juga memberikan inspirasi untuk melahirkan
teori Mestakung [semesta mendukung] dengan tiga hukum Mestakung yaitu
Hukum I: pada kondisi kritis pasti ada jalan keluar;
hukum II: ketika kita melangkah terlihatkan jalan keluar itu;
hukum III: ketika kita melangkah dengan tekun maka terjadilah mestakung
dimana semesta akan mendukung agar apa yang sedang kita upayakan itu
berhasil dengan hasil yang luar biasa. Teori Mestakung ini telah banyak
memberikan inspirasi banyak orang untuk meraih sukses, dari mulai dari
anak sekolah hingga bisnismen.
Untuk tetap update dengan perkembangan dalam berbagai bidang di masa
mendatang saya banyak membaca juga buku-buku tentang future seperti
Technofutures oleh James Canton yang menceritakan teknologi apa yang
akan berkembang di masa mendatang,. Visions oleh Michio Kaku yang
membahas tiga revolusi di masa mendatang: revolusi komputer, revolusi
biomolekular, revolusi quantum. Our Posthuman Future oleh Francis
Fukuyama yang membahas konsekuensi-konsekuensi revolusi dalam
bioteknologi. The company of the future yang menceritakan bagaimana
revolusi dalam bidang komunikasi akan merubah sistem manajemen yang ada.
The next fifty years oleh John Brockman tentang 25 esai mengenai science diabad 21.
The World in 2020 power, culture and prosperity oleh Hamish Mc Rae,
Globalization and discontents oleh Joseph Stiglitz yang banyak membahas pengaruh globalisasi. Kemudian
The Biotech century
oleh Jeremy Rifkin yang banyak menceritakan tentang peranan biotek
dimasa mendatang. Dalam buku Predictions keluaran oxford university
press, terdapat bagian tentang terapi gen yang kalau bisa diterapkan
maka orang tidak perlu takut sakit lagi, orang akan berumur lebih
panjang dan menikmati hidup lebih lama. Juga dalam buku itu ada bagian
tentang alat penterjemah modern. Alat ini dapat membaca pikiran kita
yang kemudian dikirim ke lawan bicara kita. Sehingga lawan bicara kita
akan mengerti apa yang sedang kita pikirkan dan ingin kita bicarakan.
Alat ini nantinya dapat dimasukkan dalam tubuh [karena ukurannya yang
sangat kecil] dan membantu orang berkomunikasi walaupun mereka berbicara
dalam bahasa yang berbeda-beda. MIT [Massachussetts Institute of
Technology] sekarang ini sedang mengembangkan mesin ini menurut prediksi
dalam beberapa tahun ke depan prototype alat ini sudah bisa
diluncurkan. Semua buku-buku ini sangat menarik dan memberikan saya
insight mengenai apa yang akan terjadi di masa mendatang.
Saya merasa bersyukur dan beruntung sekali dapat membaca dan memiliki
begitu banyak buku. Saya sangat menikmatinya. Saya merasa semua buku
yang pernah saya baca sangat besar manfaatnya bagi saya. Walaupun
buku-buku itu hanya buku novel, dongeng, atau buku bacaan ringan
lainnya. Ada begitu banyak hal yang bisa saya dapatkan dari buku-buku
ini. Buku-buku ini membangun karakter dan mengembangkan diri saya.
Buku-buku ini pulalah yang membentuk saya menjadi seorang yang tidak
fanatik pada suatu subyek tertentu saja. Kini saya dapat menikmati
kepluralan fisika yang merambah ke berbagai hal dari mulai teknologi,
komputer, ekonomi, agama, sosial hingga bahasa. Dan saya percaya bahwa
saya akan terus menikmati pengalaman seru dengan buku-buku ini selama
saya masih membaca. [
Yohanes Surya Ph.D].