This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 25 Maret 2017

Materi Pembelajaran dalam Kurikulum



Pembelajaran Dalam menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak lepas dari filsafat dan teori pendidikan dikembangkan. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa pengembangan kurikulum yang didasari filsafat klasik (perenialisme, essensialisme, eksistensialisme) penguasaan materi pembelajaran menjadi hal yang utama. Dalam hal ini, materi pembelajaran disusun secara logis dan sistematis, dalam bentuk:
1.         Teori; seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang saling berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan menspesifikasi hubungan – hubungan antara variabel-variabel dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
2.         Konsep; suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari kekhususan-kekhususan, merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala.
3.         Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
4.         Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.
5.         Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran yang harus dilakukan peserta didik.
6.         Fakta; sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting, terdiri dari terminologi, orang dan tempat serta kejadian.
7.         Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan dalam materi.
8.         Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk memperjelas suatu uraian atau pendapat.
9.         Definisi:yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal/kata dalam garis besarnya.
10.       Preposisi, yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.
Materi pembelajaran yang didasarkan pada filsafat progresivisme lebih memperhatikan tentang kebutuhan, minat, dan kehidupan peserta didik. Oleh karena itu, materi pembelajaran harus diambil dari dunia peserta didik dan oleh peserta didik itu sendiri. Materi pembelajaran yang didasarkan pada filsafat konstruktivisme, materi pembelajaran dikemas sedemikian rupa dalam bentuk tema-tema dan topik-topik yang diangkat dari masalah-masalah sosial yang krusial, misalnya tentang ekonomi, sosial bahkan tentang alam. Materi pembelajaran yang berlandaskan pada teknologi pendidikan banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa dan diambil hal-hal yang esensialnya saja untuk mendukung penguasaan suatu kompetensi. Materi pembelajaran atau kompetensi yang lebih luas dirinci menjadi bagian-bagian atau sub-sub kompetensi yang lebih kecil dan obyektif. Dengan melihat pemaparan di atas, tampak bahwa dilihat dari filsafat yang melandasi pengembangam kurikulum terdapat perbedaan dalam menentukan materi pembelajaran,. Namun dalam implementasinya sangat sulit untuk menentukan materi pembelajaran yang beranjak hanya dari satu filsafat tertentu, maka dalam prakteknya cenderung digunakan secara eklektik dan fleksibel. Berkenaan dengan penentuan materi pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, pendidik memiliki wewenang penuh untuk menentukan materi pembelajaran, sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang hendak dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. Dalam prakteknya untuk menentukan materi pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal berikut :.
1.         Sahih (valid); dalam arti materi yang dituangkan dalam pembelajaran benar-benar telah teruji kebenaran dan kesahihannya. Di samping itu, juga materi yang diberikan merupakan materi yang aktual, tidak ketinggalan zaman, dan memberikan kontribusi untuk pemahaman ke depan.
2.         Tingkat kepentingan; materi yang dipilih benar-benar diperlukan peserta didik. Mengapa dan sejauh mana materi tersebut penting untuk dipelajari.
3.         Kebermaknaan; materi yang dipilih dapat memberikan manfaat akademis maupun non akademis. Manfaat akademis yaitu memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikan lebih lanjut. Sedangkan manfaat non akademis dapat mengembangkan kecakapan hidup dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
4.         Layak dipelajari; materi memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit) maupun aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan materi dan kondisi setempat.
5.         Menarik minat; materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat memotivasi peserta didik untuk mempelajari lebih lanjut, menumbuhkan rasa ingin tahu sehingga memunculkan dorongan untuk mengembangkan sendiri kemampuan mereka.

Diat Mulyana, 2011. Peran Kurikulum dalam Pembangunan Karakter Bangsa. Makalah. STKIP Siliwangi Bandung (tidak diterbitkan)

Biografi Pythagoras

            
   Seorang sarjana Yunani Kuno yang hidup sederhana dikenal sebagai sosok ilmuwan yang menganut paham bahwa dunia ini bersifat matematis. Itu sebabnya ia menerapkan matematika terhadap musik dan astronomi.

             Pythagoras namanya. Terlahir di Pulau Samos di laut Aegen. Saat menimba ilmu pengetahuan, ia mengembara hingga Mesir dan Babel. Kemudian ia menetap di Crotona yang merupakan koloni Yunani yang terletak di Italia Selatan, kira-kira tahun 530 SM. Disanalah, ia mendapatkan jejak-jejak keilmuannya.

           Dalam bidang musik, ia menemukan tentang harmonik.Menurutnya bunyi insttrumen musik yang berdawai erat kaitannya dengan perkalian sederhana pada panjang dawai alat musik tersebut. Bila dawai satu ditekan sehhingga bagian yang bergetar itu separuh panjang semula, maka suara yang dihasilkan satu oktaf lebih tinggi.

           Dalam bidang astronomi, Pythagoras percaya bila planet-planet mengorbit matahari pada interval-interval yang berkaitan dengan panjang dawai harmonik. Menurut Pythagoras, gerakan planet-planet telah menghasilkan suara musik. Tetapi pandangan Pythagoras mengenai musik planet tidak bertahan lama, meskipun pendapat Pythagoras tentang bintang pagi dan bintang malam merupakan objek yang sama adalah benar adanya.

           Puncak keilmuan Pythagoras terjadi saat ia mengembangkan teorema Pythagoras yang merupakan sumbangsihnya dalam bidang geometri. Dalam Teorema Pythagoras disebutkan bahwa panjang kuadrat dari sisi miring sebuah segitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah panjang kuadrat kedua sisi lainnya.

Oleh: Diat Mulyana (03;2017)

Menepis Kesepian

Kesepian itu normal dalam kehidupan manusia. Hal itu timbul karena tidak terpenuhunya tuntutan naluri yang mencoba untuk menonjolkan diri. orang yang kesepian akan merasa terasingkan dari orang lain, sensitif, terkucil, inferior, tertekan dan tersingkir. Singkatnya, hidup merasa tersiksa.

1.  Mengubah Sikap
     Sikap tertutup hrs diubah menjadi sikap terbuka yang ramah kepda siapapun.
2.  Hidup Dinamis
     Dengan mengikuti berbagai kegiatan. Menyibukkan sendiri dengan kegiatan positif.
3. Menjalin Persahabatan
     Dekati orang lain dengan ramah sehingga tercipta ikatan simpati.
4.  Mendekatkan diri kepada Tuhan YME.
     Beribadah dan berdo'a
5.  Mengembangkan hobi dan kegemaran.
6.   Hiburan dan rekreasi


Sabtu, 18 Maret 2017

SURAT TI EMA

SURAT TI EMA

(panggeuing keur hate anu tibra sare
tawis kasono ka ema
anu tos dipundut ku Nu Gaduhna)
Anaking, anak Ema
kiwari Ema geus nepi
ka lembur anu sabenerna,
lembur nu beda
jeung lembur urang baheula.

Anaking, anak incu
mun isuk-pageto
hidep sono hayang papanggih jeung Ema,
tuluy hidep baralik ka lembur jiga baheula,
omat tong angkaribung barang bawa,
sabab Ema
geus lain Ema anu baheula!

Anaking, kamelang Ema!
mun hidep nyaah ka Ema,
teu kudu bingung mulang tarima,
tapi cukup bejaan Ema:
yen hidep geus jadi jalma soleh,
geus jadi hamba Alloh ahli ibadah
bari salawasna terus ngadu’a
sangkan aya dina ridlo Anjeuna

Anaking,
mun hidep nyaah ka Ema,
cukup bejaan Ema:
yen hidep nyaah ka Ema,
akur jeung dulur,
runtut-raut sauyunan
silih hargaan silih elingan
silih tulung silih bantu
gogonjakan jiga baheula!

Anaking,
pang bejakeun ka anak incu hidep,
yen Ema nyaah ka hidep!
nyaah ku lucu na,
nyaah ku bela na,
nyaah ku sumanget na!
Bejakeun ka kulawarga hidep
Ema geus nepi ka nu dituju,
Ema rek satia nungguan,
di dieu,
di hareupeun panto surga!

Anaking, anak-incu,
wayahna, baca ieu surat saeutik deui!
Ema hayang mere beja
nyambung beja anu baheula:
nu manfaat di dieu, di alam baka;
geuning lain harta, lain tahta,
lain pangkat, lain jabatan,
tapi wungkul
amal soleh waktu di dunya
nu dibungkus iman jeung katakwaan!

Ayeuna ku Ema geus karasa,
geus karasa!
karasa endahna solat jeung puasa,
karasa endahna zakat,
karasa endahna mikanyaah fakir-miskin,
karasa endahna akur jeung dulur,
bari heman ka tatangga!

Anaking, anak-incu,
mun hirup hidep kadungsang-dungsang,
mun hidep loba ma’siat tibatan tobat,
loba takabur batan tafakur,
loba sasar batan istigfar,
loba salah batan ibadah,
omat Ema tong dibejaan,
sabab teu sanggup ngadengekeunana!

Anaking,
hampura ema

Model Pembelajaran Kooperatif Team Assisted Individualization (TAI)

Salah satu metode yang menuntut aktivitas siswa adalah pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran kooperatif selain membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit juga berguna untuk membantu siswa menumbuhkan keterampilan kerjasama dalam kelompoknya dan melatih siswa dalam berpikir kritis sehingga kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan dapat meningkat. Hal lain yang penting dalam pembelajaran kooperatif adalah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan sikap yang positif, menambah motivasi belajar dan rasa percaya diri bagi siswa, menambah rasa senang berada di sekolah dan rasa sayang terhadap teman-teman sekelasnya.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) merupakan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Pada model pembelajaran kooperatif ini, siswa biasanya belajar menggunakan LKS (Lembar Kerja Siswa) secara berkelompok. Mereka kemudian berdiskusi untuk menemukan atau memahami konsep-konsep. Setiap anggota kelompok dapat mengerjakan satu persoalan (soal) sebagai bentuk tanggungjawab bersama. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) lebih menekankan pada penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu dan memperoleh kesempatan yang sama untuk berbagi hasil bagi setiap anggota kelompok.
Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization memberi keuntungan baik pada guru, siswa kelompok atas maupun kelompok bawah yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik, yaitu:     (1) Siswa yang pandai ikut bertanggungjawab membantu yang lemah dalam kelompoknya; (2) Siswa yang lemah akan terbantu dalam memahami materi pelajaran; (3) Tidak ada persaingan antar siswa karena siswa saling bekerjasama untuk menyelesaikan masalah dalam mengatasi cara berpikir yang berbeda; (4) Siswa tidak hanya mengharap bantuan dari guru, tetapi siswa juga termotivasi untuk belajar cepat dan akurat pada seluruh materi; 
(5) Guru setidaknya hanya menggunakan setengah dari waktu mengajarnya sehingga akan lebih mudah dalam pemberian bantuan secara individu.


Model pembelajaran kooperatif menurut Joyce (Trianto, 2011) adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Model pembelajaran kooperatif dapat membantu peseta didik meningkatkan sikap positif dalam pembelajaran matematika.
Sejalan dengan pendapat Sanjaya (2010), Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan model pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan, jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang di persyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketrgantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggungjawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok.
Roger dan David Johnson (Lie, 2008) mengemukakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan: 1) saling ketergantungan positif; 2) tanggungjawab perseorangan; 3) tatap muka; 4) komunikasi antar anggota; 5) evaluasi proses kelompok


Slavin (Widdiharto, 2006) membuat model ini dengan beberapa alasan. Pertama, model ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran individual. Kedua, model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif. Ketiga, TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program  pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual. Dengan membuat para siswa bekerja dalam tim-tim pembelajaran kooperatif dan mengemban tanggungjawab mengelolah dan memeriksa secara rutin, saling membantu satu sama lain dalam menghadapi masalah, dan saling memberi dorongan untuk maju.

Adapun langkah-langkah dalam model pembelajaran TAI lebih rinci menurut Suyitno (2006) terurai sebagai berikut.
1.        Guru menentukan suatu pokok bahasan yang akan disajikan kepada siswa.
2.        Guru menjelaskan kepada siswa tentang akan diterapkannya model pembelajaran TAI, sebagai suatu variasi model pembelajaran. Guru menjelaskan kepada siswa tentang pola kerja sama antarsiswa dalam suatu kelompok.
3.        Guru menyiapkan materi bahan ajar yang harus dikerjakan kelompok. Bila terpaksa, guru dapat memanfaatkan LKS yang dimiliki siswa
4.        Guru memberikan pre-tes kepada siswa tentang materi yang akan diajarkan. Pre-tes bisa digantikan dengan nilai rata-rata ulangan harian siswa.
5.        Guru menjelaskan materi baru secara singkat.
6.        Guru membentuk kelompok-kelompok kecil dengan anggota 4-5 siswa pada setiap kelompoknya. Kelompok dibuat heterogen tingkat kepandaiannya dengan mempertimbangkan keharmonisan kerja kelompok.
7.        Guru menugasi kelompok dengan bahan yang sudah disiapkan. Siswa mengerjakan tugas dari guru.
8.        Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya serta hambatan yang dialami anggota kelompok. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan secara individual.
9.        Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami materi bahan ajar, dan siap untuk diberi ulangan. Setelah diberi ulangan, guru harus mengumumkan hasilnya dan menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang berhasil (jika ada).
10.      Pada saat memberikan tes, tindakan ini merupakan facts test.
11.     Menjelang akhir waktu, guru memberikan latihan pendalaman secara klasikal dengan menekankan strategi pemecahan masalah
Guru dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan TPK/kompetensi yang ditentukan.


Sumber:
Suyitno, A. (2006). Pemilihan Model-model Pembelajaran dan Penerapannya di Sekolah. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Trianto, A. (2011). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivitis. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Susilawati, W. (2012). Belajar dan Pembelajaran Matematika. Bandung: CV. Insan Mandiri
Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.
Slavin, R. E. (2010). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Terjemahan Narulita Yusron. Bandung: Nusa Media.
 

Pendekatan Pembelajaran Generatif



Kata Kunci :Pemahaman Matematik, dan Pembelajaran Generatif


Pembelajaran dengan dasar pandangan konstruktivisme dapat dilaksanakan dengan menggunakan berbagai macam model pembelajaran, salah satunya yaitu model pembelajaran generatif. Model pembelajaran generatif merupakan suatu model pembelajaran berbasis konstruktivisme, yang lebih menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya.
Model pembelajaran generatif terdiri dari lima tahapan, yaitu orientasi, pengungkapan ide, tantangan dan restrukturisasi, penerapan, dan melihat kembali. Tahapan-tahapan dalam pembelajaran generatif ini menuntut siswa untuk aktif dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Selain itu, siswa juga diberi kebebasan untuk mengungkapkan ide dan alasan terhadap permasalahan yang diberikan sehingga siswa akan lebih memahami pengetahuan yang dibentuknya sendiri dan proses pembelajaran yang dilakukan akan lebih optimal.

Pembelajaran Generatif merupakan terjemahan dari Generative Learning (GL).Model pembelajaran generatif adalah salah satu model pembelajaran yang berlandaskan pada pandangan konstruktivisme, dengan asumsi dasar bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran siswa.
Model pembelajaran generatif merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. Pengetahuan baru itu akan diuji dengan cara menggunakannya dalam menjawab persoalan atau gejala yang terkait. Jika pengetahuan baru itu berhasil menjawab permasalahan yang dihadapi, maka pengetahuan baru itu akan disimpan dalam memori jangka panjang.
Dalam menggunakan model pembelajaran ini terdapat 5 tahapan pembelajaran, yaitu:
1.      Tahap Orientasi
2.      Tahap pengungkapan ide
3.      Tahap Tantangan dan restrukturisasi
4.      Tahap Penerapan
5.      Tahap mengulang kembali
Melalui pembelajaran generatif, diharapkan perilaku siswa yang pada mulanya bersifat pasif menjadi aktif, baik aktif dalam bertanya, menyampaikan pendapat, serta bekerjasama dengan siswa lainnya.

Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Generatif

Tahapan
Pembelajaran Generatif
Tahap Orientasi
a. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran
b.      Guru menjelaskan tentang penggunaan model pembelajaran generatif terhadap materi yang akan diajarkan
c.  Tes awal berupa pre test dilakukan untuk mengetahui konsepsi awal siswa sebelum pembelajaran.
Tahap pengungkapan ide
a.     Guru memberikan pertanyaan terhadap materi yang akan diajarkan, yang sesuai dengan fenomena yang terjadi disekitar lingkungan siswa.
b.   Siswa diberikan kesempatan untuk mengungkapkan ide yang ketahuinya.
c.    Setiap respon siswa diberikan reward oleh guru dengan tidak memperhatikan benar atau salah.
Tahap Tantangan dan restrukturisasi
a.    Guru menunjukkan media gambar yang berkaitan dengan materi ajar barupa lima gambar sebuah bangun baik ruang maupun datar.
b.  Siswa memberikan respon terhadap gambar yang ditunjukkan oleh guru.
c.       Guru memberikan reward terhadap respon siswa.
d.      Guru memberikkan koreksi terhadap respon siswa.
Tahap Penerapan
a.     Guru mengelompokkan siswa kedalam beberapa kelompok.
b.      Guru membagikan lembar kerja siswa(LKS) kepada setiap kelompok dan menjelaskan petunjuk pengerjaannya.
c.     Siswa yang telas dikelompokkan dan mengerjakan tugas LKS dengan berdiskusi bersama kelompok masing-masing untuk membentuk konsepsi baru.
Tahap Pengulangan kembali
a.     Guru memperjelas kembali materi yang telah dibahas dan siswa dap mengevaluasi konsep baru yang telah dikembangkan.
b.      Tes terakhir berupa post test dilakukan untuk mengetahui konsepsi akhir siswa.
c.    Guru menyuruh siswa lebih memperdalam materi yang diajarkan dengn belajar dirumah melihat fenomena dilingkungan sekitar siswa.


Sumber: Mulyana, Diat. (2014). Penerapan Pendekatan Generatif terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa SMA. Skripsi STKIP Siliwangi. Bandung: Tidak diterbitkan