Sabtu, 18 Maret 2017

Model Pembelajaran Kooperatif Team Assisted Individualization (TAI)

Salah satu metode yang menuntut aktivitas siswa adalah pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran kooperatif selain membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit juga berguna untuk membantu siswa menumbuhkan keterampilan kerjasama dalam kelompoknya dan melatih siswa dalam berpikir kritis sehingga kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan dapat meningkat. Hal lain yang penting dalam pembelajaran kooperatif adalah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan sikap yang positif, menambah motivasi belajar dan rasa percaya diri bagi siswa, menambah rasa senang berada di sekolah dan rasa sayang terhadap teman-teman sekelasnya.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) merupakan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Pada model pembelajaran kooperatif ini, siswa biasanya belajar menggunakan LKS (Lembar Kerja Siswa) secara berkelompok. Mereka kemudian berdiskusi untuk menemukan atau memahami konsep-konsep. Setiap anggota kelompok dapat mengerjakan satu persoalan (soal) sebagai bentuk tanggungjawab bersama. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) lebih menekankan pada penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu dan memperoleh kesempatan yang sama untuk berbagi hasil bagi setiap anggota kelompok.
Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization memberi keuntungan baik pada guru, siswa kelompok atas maupun kelompok bawah yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik, yaitu:     (1) Siswa yang pandai ikut bertanggungjawab membantu yang lemah dalam kelompoknya; (2) Siswa yang lemah akan terbantu dalam memahami materi pelajaran; (3) Tidak ada persaingan antar siswa karena siswa saling bekerjasama untuk menyelesaikan masalah dalam mengatasi cara berpikir yang berbeda; (4) Siswa tidak hanya mengharap bantuan dari guru, tetapi siswa juga termotivasi untuk belajar cepat dan akurat pada seluruh materi; 
(5) Guru setidaknya hanya menggunakan setengah dari waktu mengajarnya sehingga akan lebih mudah dalam pemberian bantuan secara individu.


Model pembelajaran kooperatif menurut Joyce (Trianto, 2011) adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Model pembelajaran kooperatif dapat membantu peseta didik meningkatkan sikap positif dalam pembelajaran matematika.
Sejalan dengan pendapat Sanjaya (2010), Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan model pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan, jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang di persyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketrgantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggungjawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok.
Roger dan David Johnson (Lie, 2008) mengemukakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan: 1) saling ketergantungan positif; 2) tanggungjawab perseorangan; 3) tatap muka; 4) komunikasi antar anggota; 5) evaluasi proses kelompok


Slavin (Widdiharto, 2006) membuat model ini dengan beberapa alasan. Pertama, model ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran individual. Kedua, model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif. Ketiga, TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program  pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual. Dengan membuat para siswa bekerja dalam tim-tim pembelajaran kooperatif dan mengemban tanggungjawab mengelolah dan memeriksa secara rutin, saling membantu satu sama lain dalam menghadapi masalah, dan saling memberi dorongan untuk maju.

Adapun langkah-langkah dalam model pembelajaran TAI lebih rinci menurut Suyitno (2006) terurai sebagai berikut.
1.        Guru menentukan suatu pokok bahasan yang akan disajikan kepada siswa.
2.        Guru menjelaskan kepada siswa tentang akan diterapkannya model pembelajaran TAI, sebagai suatu variasi model pembelajaran. Guru menjelaskan kepada siswa tentang pola kerja sama antarsiswa dalam suatu kelompok.
3.        Guru menyiapkan materi bahan ajar yang harus dikerjakan kelompok. Bila terpaksa, guru dapat memanfaatkan LKS yang dimiliki siswa
4.        Guru memberikan pre-tes kepada siswa tentang materi yang akan diajarkan. Pre-tes bisa digantikan dengan nilai rata-rata ulangan harian siswa.
5.        Guru menjelaskan materi baru secara singkat.
6.        Guru membentuk kelompok-kelompok kecil dengan anggota 4-5 siswa pada setiap kelompoknya. Kelompok dibuat heterogen tingkat kepandaiannya dengan mempertimbangkan keharmonisan kerja kelompok.
7.        Guru menugasi kelompok dengan bahan yang sudah disiapkan. Siswa mengerjakan tugas dari guru.
8.        Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya serta hambatan yang dialami anggota kelompok. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan secara individual.
9.        Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami materi bahan ajar, dan siap untuk diberi ulangan. Setelah diberi ulangan, guru harus mengumumkan hasilnya dan menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang berhasil (jika ada).
10.      Pada saat memberikan tes, tindakan ini merupakan facts test.
11.     Menjelang akhir waktu, guru memberikan latihan pendalaman secara klasikal dengan menekankan strategi pemecahan masalah
Guru dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan TPK/kompetensi yang ditentukan.


Sumber:
Suyitno, A. (2006). Pemilihan Model-model Pembelajaran dan Penerapannya di Sekolah. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Trianto, A. (2011). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivitis. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Susilawati, W. (2012). Belajar dan Pembelajaran Matematika. Bandung: CV. Insan Mandiri
Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.
Slavin, R. E. (2010). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Terjemahan Narulita Yusron. Bandung: Nusa Media.
 

0 komentar:

Posting Komentar