Salah satu metode yang menuntut
aktivitas siswa adalah pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran kooperatif
selain membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit juga berguna untuk
membantu siswa menumbuhkan keterampilan kerjasama dalam kelompoknya dan melatih
siswa dalam berpikir kritis sehingga kemampuan siswa dalam memahami materi
pelajaran yang disampaikan dapat meningkat. Hal lain yang penting dalam
pembelajaran kooperatif adalah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan
sikap yang positif, menambah motivasi belajar dan rasa percaya diri bagi siswa,
menambah rasa senang berada di sekolah dan rasa sayang terhadap teman-teman
sekelasnya.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team
Assisted Individualization (TAI) merupakan strategi pembelajaran
yang berpusat pada siswa (student centered). Pada model pembelajaran
kooperatif ini, siswa biasanya belajar menggunakan LKS (Lembar Kerja Siswa)
secara berkelompok. Mereka kemudian berdiskusi untuk menemukan atau memahami
konsep-konsep. Setiap anggota kelompok dapat mengerjakan satu persoalan (soal)
sebagai bentuk tanggungjawab bersama. Penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Team Assisted Individualization (TAI) lebih menekankan pada
penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu dan memperoleh kesempatan
yang sama untuk berbagi hasil bagi setiap anggota kelompok.
Model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization memberi keuntungan baik pada guru, siswa
kelompok atas maupun kelompok bawah yang bekerja bersama menyelesaikan
tugas-tugas akademik, yaitu: (1) Siswa yang pandai ikut
bertanggungjawab membantu yang lemah dalam kelompoknya; (2) Siswa yang lemah akan
terbantu dalam memahami materi pelajaran; (3) Tidak ada persaingan antar siswa
karena siswa saling bekerjasama untuk menyelesaikan masalah dalam mengatasi
cara berpikir yang berbeda; (4) Siswa tidak hanya mengharap bantuan dari guru,
tetapi siswa juga termotivasi untuk belajar cepat dan akurat pada seluruh
materi;
(5) Guru setidaknya hanya
menggunakan setengah dari waktu mengajarnya sehingga akan lebih mudah dalam
pemberian bantuan secara individu.
Model pembelajaran
kooperatif menurut Joyce (Trianto, 2011) adalah suatu perencanaan atau suatu
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan
lain-lain. Model pembelajaran kooperatif dapat membantu peseta didik
meningkatkan sikap positif dalam pembelajaran matematika.
Sejalan dengan pendapat
Sanjaya (2010), Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan
model pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang
mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang
berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap
kelompok akan memperoleh penghargaan, jika kelompok mampu menunjukkan prestasi
yang di persyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai
ketergantungan positif. Ketrgantungan semacam itulah yang selanjutnya akan
memunculkan tanggungjawab individu terhadap kelompok dan keterampilan
interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling
membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga
setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi
demi keberhasilan kelompok.
Roger dan David Johnson
(Lie, 2008) mengemukakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative
learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran
gotong royong harus diterapkan: 1) saling ketergantungan positif; 2)
tanggungjawab perseorangan; 3) tatap muka; 4) komunikasi antar anggota; 5)
evaluasi proses kelompok
Slavin (Widdiharto,
2006) membuat model ini dengan beberapa alasan. Pertama, model ini
mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran individual.
Kedua, model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif.
Ketiga, TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program
pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual.
Dengan membuat para siswa bekerja dalam tim-tim pembelajaran kooperatif dan
mengemban tanggungjawab mengelolah dan memeriksa secara rutin, saling membantu
satu sama lain dalam menghadapi masalah, dan saling memberi dorongan untuk
maju.
Adapun langkah-langkah dalam
model pembelajaran TAI lebih rinci menurut Suyitno (2006) terurai
sebagai berikut.
1.
Guru menentukan suatu pokok bahasan yang akan disajikan kepada siswa.
2.
Guru menjelaskan kepada siswa tentang akan diterapkannya model pembelajaran TAI,
sebagai suatu variasi model pembelajaran. Guru menjelaskan kepada siswa tentang
pola kerja sama antarsiswa dalam suatu kelompok.
3.
Guru menyiapkan materi bahan ajar yang harus dikerjakan kelompok. Bila
terpaksa, guru dapat memanfaatkan LKS yang dimiliki siswa
4.
Guru memberikan pre-tes kepada siswa tentang materi yang akan diajarkan.
Pre-tes bisa digantikan dengan nilai rata-rata ulangan harian siswa.
5.
Guru menjelaskan materi baru secara singkat.
6.
Guru membentuk kelompok-kelompok kecil dengan anggota 4-5 siswa pada setiap
kelompoknya. Kelompok dibuat heterogen tingkat kepandaiannya dengan
mempertimbangkan keharmonisan kerja kelompok.
7.
Guru menugasi kelompok dengan bahan yang sudah disiapkan. Siswa mengerjakan tugas
dari guru.
8.
Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya serta hambatan yang dialami
anggota kelompok. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan secara
individual.
9.
Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami
materi bahan ajar, dan siap untuk diberi ulangan. Setelah diberi ulangan, guru
harus mengumumkan hasilnya dan menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang
kurang berhasil (jika ada).
10. Pada saat memberikan tes, tindakan ini
merupakan facts test.
11. Menjelang akhir waktu, guru memberikan latihan
pendalaman secara klasikal dengan menekankan strategi pemecahan masalah
Guru dapat memberikan tes formatif, sesuai
dengan TPK/kompetensi yang ditentukan.
Sumber:
Suyitno, A.
(2006). Pemilihan Model-model Pembelajaran dan Penerapannya di Sekolah. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Trianto, A. (2011). Model-model
Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivitis. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Susilawati, W. (2012). Belajar
dan Pembelajaran Matematika. Bandung: CV. Insan Mandiri
Sanjaya, W. (2010). Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada
Media.
Slavin, R. E. (2010). Cooperative
Learning Teori, Riset dan Praktik. Terjemahan Narulita Yusron. Bandung:
Nusa Media.
0 komentar:
Posting Komentar